Apa Game Pertama Di Dunia

Apa Game Pertama Di Dunia

Negara Kolonisator Pertama

Predikat bangsa kolonisator pertama di dunia disematkan pada Bangsa Portugis. Bangsa inilah yang pertama kali melakukan ekspedisi lalu menguasai suatu wilayah negara.

Pada abad ke-15, Portugis mulai mencari jalur perdagangan baru dan berupaya untuk menemukan peradaban di luar Eropa. Perjalanan kolonialnya dimulai pada tahun 1415, ketika penjelajah Portugis berhasil menaklukkan Ceuta, sebuah kota pelabuhan strategis di Afrika Utara. Keberhasilan ini menandai awal dari kolonialisme Portugis yang bertahan hingga tahun 1999.

Tak lama setelahnya, Portugis melanjutkan ekspansi mereka dengan menaklukkan dan menetap di pulau-pulau seperti Madeira dan Tanjung Verde. Sementara itu, Spanyol, negara pesaing Portugal, juga tertarik untuk mengeksplorasi dunia luar.

Pada tahun 1492, penjelajah Christopher Columbus yang didukung oleh Spanyol, memulai pencariannya untuk menemukan rute barat menuju India dan Cina. Namun, ia malah mendarat di Kepulauan Bahama yang menjadi awal dari kolonialisme Spanyol.

Keberhasilan Spanyol dan Portugis dalam menjelajah dunia baru membuat keduanya sering terlibat dalam persaingan sengit untuk menguasai wilayah baru. Mereka berdua berlomba-lomba merebut wilayah dan mengambil alih tanah yang dihuni oleh pribumi di Amerika, India, Afrika, dan Asia.

Tak lama kemudian, negara-negara Eropa Barat lainnya seperti Inggris, Belanda, Prancis, dan Jerman juga mulai membangun kolonialisme mereka di luar negeri.

Jumlah Pemeluk Agama Terbesar di Dunia

1. Kristen 2,38 miliar2. Islam 1,90 miliar3. Hindu 1,16 miliar4. Budha 506 juta5. Shinto 104 juta6. Sikhisme 25 juta7. Yudaisme 14 juta8. Taoisme 12 juta9. Konfusianisme 6 juta10. Caodaisme 4,4 juta

KOMPAS.com – Bangsa kolonisator adalah bangsa yang kali pertama melakukan ekspedisi dan menguasai sebuah wilayah beserta sumber dayanya.

Biasanya, bangsa kolonisator akan menargetkan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah.

Salah satu negara yang pernah dijajah oleh bangsa kolonisator adalah Indonesia.

Lantas, siapa bangsa kolonisator pertama di dunia?

Baca juga: Kapan Bangsa Portugis Sampai di Maluku?

Bangsa Kolonisator pertama di dunia adalah dua negara Eropa, yaitu Portugis dan Spanyol.

Pada masa imperialisme kuno, Portugis dan Spanyol merupakan dua kerajaan yang sudah memiliki teknologi jauh lebih canggih dibanding negara lain di Eropa.

Mereka mempunyai kekuatan armada laut, teknologi navigasi, dan perkapalan yang maju.

Sebagai negara yang kuat, Portugis dan Spanyol terus melakukan penjelajahan samudra dan kolonisasi di berbagai wilayah dunia, termasuk Indonesia.

Portugis kali pertama sampai di Indonesia pada 1512-1577, sedangkan Spanyol sampai di Indonesia pada 1521-1692.

Bangsa Portugis disebut sebagai bangsa kolonisator pertama di dunia karena mereka yang memulai dan menemukan rute pelayaran bangsa Eropa ke Asia Tenggara.

Hal ini dilatarbelakangi oleh jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada 1453, yang berdampak pada ditutupnya akses perdagangan rempah-rempah bangsa Eropa ke Kawasan Laut Tengah.

Baca juga: Dampak Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki Usmani

Kondisi inilah yang kemudian mendorong bangsa Portugis melakukan penjelajahan samudra ke negara lain.

Dengan didukung oleh kekuatan armada laut mereka, Portugis memulai pelayaran mereka dan menemukan rute pelayaran pertama untuk bangsa Eropa.

Oleh karena itu, Portugis disebut sebagai pelopor penjelajahan samudra.

Selain itu, Portugis adalah bangsa Eropa yang kali pertama sampai di Nusantara, tepatnya di Malaka pada 1509.

Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.

TEMPO.CO, JAKARTA - Kolonialisme atau penjajahan merupakan fenomena yang telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu. Bangsa yang dapat disebut sebagai bangsa kolonisator pertama adalah bangsa yang pertama kali melakukan praktik kolonialisme dengan melakukan ekspedisi dan menguasai seluruh wilayah dengan sumber daya alamnya.

Dalam sejarah dunia, negara-negara Eropa dikenal sebagai kolonisator di berbagai negara termasuk Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lantas, siapa bangsa kolonisator pertama di dunia? Untuk mengetahui jawaban, simak ulasan berikut ini, ya.

Sejumlah lembaga survei merilis agama terbesar di dunia berdasarkan jumlah pemeluknya. Menurut laporan terbaru, jumlah pemeluk agama terbesar di dunia kini mencapai 2,38 miliar.

Pada 18 Januari 2023 lalu, Statista Research Department merilis statistik agama di dunia. Secara berurutan, agama terbesar di dunia adalah Kristen, disusul Islam, Hindu, lalu Buddha. Agama Yahudi (Yudaisme) meskipun penting karena menjadi dasar dari agama Nabi Ibrahim AS, namun hanya dianut oleh 13 juta orang.

Lembaga riset yang berbasis di Washington DC Amerika Serikat, Pew Research Center, memproyeksikan pemeluk agama Kristen akan mencapai 2,9 miliar pada 2050. Sedangkan Islam mencapai 2,8 miliar dan Hindu sebanyak 1,4 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merangkum World Atlas, setidaknya ada 10 agama terbesar di dunia berdasarkan jumlah pemeluknya saat ini. Berikut di antaranya.

Agama Terbesar di Dunia

Kristen menjadi agama terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 2 miliar penganut atau sekitar 30 persen dari populasi dunia. Meskipun terdapat perbedaan antara Protestan, Katolik, dan Ortodoks, inti kepercayaan Kristen meyakini tentang Yesus.

Agama Islam mulai muncul menjelang akhir abad ke-6 melalui risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Pemeluk Islam mencapai hampir 2 miliar yang sebagian besar tersebar di Afrika bagian utara, Asia barat, dan Indonesia. Agama ini meyakini Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Rasulullah SAW adalah utusan-Nya.

Asal muasal agama yang memiliki 1,1 miliar pengikut ini sulit dijabarkan karena bermula dari penggabungan beberapa kepercayaan. Agama ini terbentuk antara tahun 2300 SM dan 1500 SM dengan Lembah Indus dekat Pakistan sebagai lokasi pertama perkembangan agama ini.

Agama ini menyembah satu dewa dan meyakini keberadaan dewa lain. Karma dan Samsara menjadi inti dari nilai-nilai yang terkandung dalam agama Hindu.

Buddha menjadi agama terbesar keempat dengan sosok Sang Buddha sebagai pembawa kepercayaan ini pada abad ke-5 SM. Agama ini menyatukan banyak keyakinan yang berbeda untuk mengembangkan filosofi revolusioner tentang identitas dan tujuan hidup manusia. Meditasi, kebaikan, dan kerja keras menjadi sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Kepercayaan Jepang ini tidak memiliki doktrin atau asal usul yang pasti. Dalam konsep yang sederhana, Shinto lebih condong pada gagasan tentang kami. Kami merupakan konsep personifikasi dari angin, sungai, pohon, dan elemen alam lainnya.

Agama Shinto lebih konkrit usai meletusnya Perang Dunia II, ketika Pemerintah Jepang menetapkannya sebagai agama negaranya. Hal ini bertujuan untuk menghormati kaisar sebagai kami yang hidup dan manusiawi.

Agama ini relatif baru. Menurut catatan World Atlas, Guru Sikhisme pertama lahir pada tahun 1469. Guru Nanak, seorang penduduk asli Pakistan timur laut bermigrasi ke India dan mulai mencatat serta mengajarkan wahyu-wahyunya selama perjalanan keliling dunia Islam dan Hindu sepanjang awal tahun 1500-an.

Agama yang dianut oleh 25 juta orang ini percaya bahwa semua agama pada akhirnya menyembah Tuhan yang tunggal. Salah satu filosofi yang penting dari ajaran ini adalah "Berbagilah dengan orang lain, carilah penghidupan yang jujur, renungkan nama Tuhan, dan tolak perilaku negatif."

Yudaisme atau agama Yahudi telah diamalkan selama lebih dari 3500 tahun. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan dua kerajaan Yahudi yang diperkirakan berdiri antara tahun 900 dan 700 SM. Bukti arkeologi lain berupa teks-teks agama yang mengasumsikan adanya konfederasi 12 suku yang masing-masing mengklaim sebagai keturunan Abraham.

Taoisme mengajarkan serangkaian prinsip dan aksioma yang berupaya membimbing pengikutnya menuju keseimbangan. Tao diyakini sebagai tatanan alam semesta dan tidak dipuja sebagai dewa. Agama ini meyakini, manusia akan menyatu dengan Tao setelah kematiannya.

Banyak orang menganggap konfusianisme hanya sebagai filsafat, meskipun ia berkutat seputar spiritualitas. Agama ini menempatkan pemahaman teologis tentang alam semesta, di mana umat manusia berupaya menyelaraskan diri dengan tatanan alam semesta untuk mencapai kesatuan dengan surga.

Konfusianisme juga mengajarkan bahwa umat manusia harus bertindak sesuai dengan cara moral yang jelas, seperti beramal, ketaatan kepada guru, kerendahan hati, dan kasih sayang. Agama ini didirikan pada tahun 500 SM.

Agama yang cenderung baru ini diketahui muncul pada tahun 1921 di Vietnam. Agama ini disebut sebagai wadah perpaduan banyak agama terbesar di dunia.

Hampir 4,4 juta pemeluknya menganut ajaran inti yang mengajarkan tentang keharmonisan, kesatuan dengan dewa monoteistik, reinkarnasi, dan antri-matrealisme. Agama ini memiliki hubungan dengan agama Buddha, Konfusianisme, dan Taoisme.

Berikut jumlah pemeluk agama terbesar di dunia selengkapnya.

Kedatangan Portugis di Indonesia

Portugis menjadi bangsa Barat pertama yang tiba di Indonesia pada awal abad ke-16. Tujuan utama kedatangan mereka adalah untuk menguasai jalur perdagangan dan meraih keuntungan dari kekayaan rempah-rempah yang sangat bernilai.

Selain itu, bangsa Portugis juga membawa misi besar yang dikenal dengan istilah 3G, yaitu Gold (kekayaan), Glory (kejayaan), dan Gospel (agama).  Misi ini mencerminkan keinginan mereka untuk tidak hanya menguasai perdagangan, tetapi juga menyebarkan agama Katolik serta mencapai kejayaan dalam politik dan ekonomi.

Pada masa itu, Indonesia dikenal sebagai penghasil rempah-rempah yang sangat dicari di pasar Eropa. Bangsa Portugis tertarik untuk menguasai wilayah Indonesia karena letaknya yang strategis sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur dan Barat.

Melalui kedatangan mereka, Portugis berusaha mengendalikan bandar-bandar utama yang menjadi jalur perdagangan penting, seperti Ternate dan Tidore di Maluku.

Dengan demikian, bangsa Portugis merupakan kolonisator pertama yang datang ke Indonesia dan memiliki dampak besar terhadap sejarah perdagangan internasional antara Indonesia dengan dunia barat

AULIA ULVA, berkontribusi dalam artikel ini.

Kuasa Tengah Bulgaria Empayar Turki Uthmaniyyah Austria-Hungary

Perang Dunia Pertama (atau Perang Dunia I) ialah sebuah perang dunia yang berlarutan antara 28 Julai 1914 - genap sebulan setelah pembunuhan terancang Erzherzog Franz Ferdinand dari Austria dan isterinya di Sarajevo, Bosnia oleh seorang pengganas Serbia - hingga 11 November 1918.

Austria-Hungary memutuskan menghukum Serbia atas pembunuhan ketua negaranya dengan sokongan Empayar Jerman pada 28 Julai 1914. Rusia membuat penyediaan menyokong Serbia dan diserang oleh Jerman. Negara Perancis pula menyokong Rusia dan Jerman juga menyerangnya. Untuk sampai di Paris dengan secepat mungkin, tentera Jerman menyerang Belgium, sebuah negara yang berkecuali. Britain kemudian menyerang Jerman sebagai tindak balas ini.

Pada permulaannya, negara Jerman memenangi peperangan itu akan tetapi negara Perancis, Britain dan Rusia terus bertempur. Jerman, Austria-Hungary dan sekutunya digelarkan "Kuasa-kuasa Pusat" manakala negara-negara yang menentangi mereka digelarkan "Tentera Bersekutu". Sewaktu peperangan berlanjutan, negara-negara lain bercampur tangan. Hampir kesemuanya memihak dengan Tentera Bersekutu. Pada tahun 1915, Itali menyertai Tentera Bersekutu kerana ingin menguasai tanah Austria. Dan pada tahun 1917, Amerika Syarikat memasuki peperangan memihak Tentera Bersekutu.

Sungguhpun Tentera Bersekutu amat kuat, negara Jerman kelihatan hampir-hampir memenangi peperangan itu. Selepas 1914, negara Jerman menguasai Luxemborg, kebanyakan Belgium, serta sebahagian daripada Perancis utara. Negara Jerman juga menang di Barisan Timur ketika usaha Rusia tergagal. Akan tetapi menjelang 1918, tentera Jerman telah mengalami keletihan. Bekalannya tidak mencukupi dan terdapatnya pergolakan sosial di dalam negara sendiri. Pada waktu yang sama, semakin ramai tentera Amerika Syarikat baru tiba di-medan pertempuran untuk mengukuhkan Tentera Bersekutu. Pada musim panas 1918, tentera Amerika Syarikat membantu menentangi serangan Jerman yang terakhir di barat. Negara Jerman menurunkan tandatangan perjanjian gencatan senjata pada 11 November.

Di bawah Persetiaan Versailles yang ditandatangani selepas Perang Dunia Pertama, negara Jerman menyerahkan tanah-tanah jajahan dan sebahagian daripada wilayah Eropahnya. Poland diasaskan semula dan menerima Posen {sekarang digelar Poznani), sebahagian Silesia serta sebahagian Prussia Barat. Alsace dan bahagian Lorraine yang dikuasai oleh Jerman dipulangkan kepada negara Perancis. Negara Perancis juga dapat menguasai kawasan Saar selama 15 tahun. Perjanjian ini juga meletakkan Rhineland di bawah pendudukan Tentera Bersekutu selama 15 tahun. Bilangan tentera Jerman dikecilkan tidak melebihi 100,000 askar serta dilarang mempunyai tentera udara. Jerman juga perlu membayar Tentera Bersekutu pampasan perang yang sungguh besar.

Dianggarkan terdapat 8.6 juta mangsa peperangan ketika Perang Dunia I. Pihak Bersekutu kehilangan 5.1 juta orang sementara Kuasa-kuasa Pusat 3.5 juta. Peperangan tersebut mengakibatkan kemusnahan besar kepada negara-negara yang terlibat dan dikenali sebagai "peperangan untuk mengakhiri semua peperangan" sehinggalah Perang Dunia II berlaku.

Pada abad ke-19, kekuatan-kekuatan besar Eropah berupaya keras mempertahankan keseimbangan kekuatan di seluruh Eropah, sehingga pada tahun 1900 memunculkan jaringan aliansi politik dan ketenteraan yang kompleks di benua ini. Berawal tahun 1815 dengan Persekutuan Suci antara Prusia, Rusia, dan Austria. Kemudiannya, Kanselor Jerman Otto von Bismarck menegosiasikan Liga Tiga Kaisar (Jerman: Dreikaiserbund) antara kerajaan-kerajaan Austria-Hungary, Rusia, dan Jerman pada Oktober 1873; namun percubaan tersebut gagal atas ketidaksehaluan antara pihak-pihak Austria-Hungary dan Rusia mengenai polisi terhadap kawasan Balkan, sehingga meninggalkan Jerman dan Austria-Hungary dalam satu aliansi yang dibentuk tahun 1879 bernama Persekutuan Dua. Hal ini dipandang sebagai metode melawan pengaruh Rusia di Balkan saat Empayar Uthmaniyah terus menjadi lemah. Pada tahun 1882, aliansi ini meluas dengan penggabungan Italia lalu membentuk Pakatan Tiga Pihak menjadi Persekutuan Tiga.[2]

Setelah 1870, konflik Eropah terhindar melalui jaringan perjanjian yang direncanakan secara berhati-hati antara Kekaisaran Jerman dan seluruh Eropah yang dirancang oleh Bismarck. Beliau berupaya menahan Rusia agar tetap di pihak Jerman untuk menghindari perang dwibarisan dengan Prancis dan Rusia. Ketika Wilhelm II naik takhta sebagai Maharaja (atau Kaiser) Jerman, Bismarck terpaksa meletak jawatan dan sistem pakatannya terhapus secara beransur-ansur. Misalnya, Kaiser menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Rusia pada tahun 1890. Dua tahun kemudian, Persekutuan Prancis-Rusia ditandatangani untuk melawan kekuatan Aliansi Tiga. Pada tahun 1904, Britania Raya menandatangani serangkaian perjanjian dengan Prancis, Entente Cordiale, dan pada 1907, Britania Raya dan Rusia menandatangani Konvensi Inggris-Rusia. Meski perjanjian ini secara formal tidak menyekutukan Britania Raya dengan Prancis atau Rusia, mereka memungkinkan Britania masuk konflik manapun yang kelak melibatkan Prancis dan Rusia, dan sistem penguncian perjanjian bilateral ini kemudian dikenal sebagai Entente Tiga.

Kekuatan industri dan ekonomi Jerman tumbuh pesat setelah penyatuan semua negeri-negeri Jerman lalu membentuk suatu empayar pada tahun 1871. Sejak pertengahan 1890-an, pemerintahan Wilhelm II memakai basis industri ini untuk memanfaatkan sumber daya ekonomi dalam jumlah besar untuk membangun Kaiserliche Marine (Angkatan Laut Kekaisaran Jerman) bentukan Laksamana Alfred von Tirpitz untuk menyaingi Tentera Laut Diraja British sebagai suatu kuasa tentera laut dunia.[3] Hasilnya, setiap negara berusaha mengalahkan negara lain dalam hal kapal modal. Dengan peluncuran HMS Dreadnought tahun 1906, Empayar British memperluas keunggulannya terhadap pesaingnya, Jerman.[3] Perlumbaan senjata antara Britania dan Jerman akhirnya meluas ke seluruh Eropah, dengan semua kekuatan besar memanfaatkan asas industri mereka untuk memproduksi perlengkapan dan senjata yang diperlukan dalam suau keadaan yang bersiap sedia saat konflik yang merangkumi seluruh benua Eropah akan tercetus.[4] Antara 1908 dan 1913, perbelanjaan ketenteraan oleh negara kuasa-kuasa besar dalam Eropah meningkat setinggi 50 persen daripada tahap mereka sebelumnya.[5]

Austria-Hungary mengawali krisis Bosnia 1908–1909 dengan mengilhak secara resmi bekas teritori Uthmaniyah di Bosnia dan Herzegovina, yang telah diduduki sejak 1878. Peristiwa ini membuat Kerajaan Serbia dan pelindungnya, Empayar Rusia yang Slav Ortodoks berang.[6] Manuver politik Rusia di kawasan ini mendestabilisasi perjanjian damai yang sudah memecah belah apa yang disebut sebagai "tong mesiu Eropah".[6]

Tahun 1912 dan 1913, Perang Balkan Pertama pecah antara Liga Balkan dan Kesultanan Uthmaniyah yang sedang retak. Perjanjian London setelah itu mengurangi luas Kesultanan Uthmaniyah dan menciptakan negara merdeka Albania, tetapi memperluaskan Bulgaria, Serbia, Montenegro dan Yunani. Ketika Bulgaria menyerbu Serbia dan Yunani pada tanggal 16 Jun 1913, negara ini kehilangan sebahagian besar Makedonia ke Serbia dan Yunani dan Dobruja Selatan ke Romania dalam Perang Balkan Kedua selama 33 hari, sehingga destabilisasi di kawasan rantau ini semakin menjadi-jadi.[7]

Pada tanggal 28 Jun 1914, Gavrilo Princip, seorang pelajar Serbia Bosnia dan anggota Pemuda Bosnia, membunuh pewaris takhta Austria-Hungary, Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria di Sarajevo, Bosnia.[8] Peristiwa ini memulakan tindakan satu bulan manuver diplomatik antara Austria-Hungary, Jerman, Rusia, Prancis, dan Britania selama, yang disebut Krisis Julai. (Julikrise). Austria-Hungary mengirimkan suatu "Ultimatum Julai" ke Serbia yang terdiri daripada sepuluh permintaan yang sengaja dibuat tidak masuk akal - namun ia jelas bertujuan memulakan perang dengan Serbia.[9] Ketika Serbia hanya menyetujui lapan dari sepuluh permintaan, Austria-Hungary mengisytiharkan perang pada tanggal 28 Julai 1914. Strachan berpendapat, "Tanggapan ragu dan awal oleh Serbia yang mampu membuat perubahan terhadap perilaku Austria-Hungary bisa diragukan. Franz Ferdinand bukan sosok yang gila popularitas, dan kematiannya tidak membuat empayar ini berduka sedalam-dalamnya".[10]

Kekaisaran Rusia, tidak ingin Austria-Hungary menghapus pengaruhnya di Balkan dan mendukung protégé lamanya Serbia, memerintahkan mobilisasi parsial sehari kemudian.[2] Kekaisaran Jerman melakukan mobilisasi tanggal 30 Julai 1914, siap menerapkan "Rencana Shlieffen" berupa invasi ke Prancis secara cepat dan massal untuk mengalahkan Angkatan Darat Prancis, kemudian pindah ke timur untuk melawan Rusia. Kabinet Prancis bergeming terhadap tekanan ketenteraan mengenai mobilisasi cepat, dan memerintahkan tentaranya mundur 10 km dari perbatasan untuk menghindari insiden apapun. Prancis baru melakukan mobilisasi pada malam tanggal 2 Agustus, ketika Jerman menyerbu Belgia dan menyerang tentara Prancis. Jerman menyatakan perang terhadap Rusia pada hari itu juga.[11] Britania Raya menyatakan perang terhadap Jerman tanggal 4 Agustus 1914, setelah "balasan tidak memuaskan" terhadap ultimatum Britania bahwa Belgia harus dibiarkan netral.[12] daijobu sio datekimi yowaimo

UVERS Game! Kata Apa yang Pertama Kali Kamu Liat?